
Komen gak Komen yang Penting Thank You...
Kisah Salman Al Farisi Mencari Hidayah (Episode 1)
Berikut adalah catatan taklim kami yang singkat ketika mendengarkan rekaman daurah yang menceritakan kisah sahabat yang mulia, Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu. Sungguh menakjubkan dan membuat getar siapapun yang mendengarnya ketika membayangkan kegigihan beliau, perjuangan beliau, dan pengorbanan beliau demi mencari kebenaran yang hakiki. Marilah kita ambil ibroh dalam perjuangan beliau mencari al haq. Semoga bermanfaat.
Al Ustadz Abu Nashim Mukhtar
Episode 1
Allah Subhanahu wata’ala di dalam Al Quran banyak menyebutkan tentang pahala dan keutamaan orang-orang yang beriman. Di dalam Al Quran, Allah Subhanahu wata’ala memerintahkan umat manusia untuk beriman kepada Allah Ta’ala. Dan Allah Subhanahu wata’ala telah menjelaskan pula sebab-sebab yang mungkin bisa dilakukan oleh seorang hamba sehingga dia benar-benar menjadi seorang yang beriman dengan tingkat keimanannya yang begitu tinggi. Keimanan seseorang akan bertambah tatkala ia beribadah melaksanakan amal ketaatan kepada Allah Ta’ala, dan sebaliknya Keimanan seorang hamba akan berkurang dan menipis tatkala ia melakukan kemaksiatan kepada Allah Ta’ala. Hal ini merupakan salah satu prinsip dan aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. "Iman dapat bertambah dan dapat pula berkurang. Iman akan bertambah dengan ketaatan dan akan semakin berkurang dengan kemaksiatan."
Banyak sekali cara yang bisa dilakukan oleh seorang hamba untuk meningkatkan keimanannya. Di antara cara tersebut adalah mencintai, memuliakan, dan menghormati para sahabat Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam. Di dalam sebuah hadits disebutkan dari Anas Radhiallahu’anhu bahwa nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,"Mencintai orang-orang Anshar merupakan tanda keimanan dan membenci orang-orang Anshar merupakan tanda kemunafikan" (Shahih Muslim)
Di dalam setiap kitab dan karya tulis yang ditorehkan oleh para ulama As Salaf, kitab yang menjelaskan tentang ushul i’tiqad Ahlus Sunnah tidak pernah luput dan tertnggal pembahasan mencintai sahabat Rasulullah. Bahkan para ulama As Salaf menjadikan prinsip ini sebagai salah satu yang membedakan Ahlus Sunnah dengan Ahlul Bid’ah. Karena ketika dia mencintai sahabat Rasulullah berarti dia mencintai Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beserta sunnahnya, dan ketika dia membenci sahabat artinya dia membenci Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beserta sunnahnya. Karena sunnah yang diajarkan nabi Shallallahu’alaihi wasallam dapat sampai kepada umat melalui jalan sahabat Radhiallahu’anhum.
Ahlul Bid’ah wal Ahwa’ berusaha mencela dan mencerca para sahabat Radhiallahu’anhum untuk mengikuti hawa nafsu mereka. Berapa banyak hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Radhiallahu’anhum yang dengan hadits-hadits ini para ulama dapat membongkar kesesatan Ahlul Bid’ah wal Ahwa’. Allah Subhanahu wata’ala telah memuji para sahabat Radhiallahu’anhum, demikian pula Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam telah memuji sahabat Radhiallahu’anhum.
Dengan mencontoh para sahabat Radhiallahu’anhum maka kita akan mampu benar-benar mewujudkan syariat Islam. Para sahabat Radhiallahu’anhum adalah generasi terbaik umat ini sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam di dalam sebuah hadits,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku kemudian setelah mereka kemudian setelah mereka" (HR. Al-Imam Al-Bukhari no. 2457, 2458 dan Al-Imam Muslim no. 4600, 4601, 4602 dari shahabat Abdullah bin Mas’ud dan Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash)
Allah Subnahau wata’ala memilih nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam karena hati beliau adalah hati yang paling baik dan paling suci, demikian pula Allah Subhanahu wata’ala memilih sahabat Radhiallau’anhum dikarenakan sahabat memliki hati yang baik, hati yang suci dan bersih.
Para sahabat Radhiallau’anhum adalah satu-satunya generasi yang mendapatkan jaminan dan kepastian dari Allah Subhanahu wata’ala dan mendapatkan keridhoan-Nya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَالسَّابِقُونَ اْلأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari orang-orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah Subhanahu wata’ala telah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Dan Allah Subhanahu wata’ala menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya selama lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (At-Taubah: 100)
Maka di dalam tarikh ash shahabah, terdapat berbagai macam pelajaran dan ibrah sebagai bekal dan nasihat untuk orang-orang yang datang setelah mereka Ridhwanullah ‘alaihim ajma’in.
Para ulama sering sekali memberikan nasihat agar kita sering dan banyak membaca biografi para sahabat Rasulullah. karena di dalam sejarah dan kepribadian para sahabat sahabat Rasulullah merupakan bukti nyata dari sikap ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
Para sahabat Radhiallahu’anhum mengajarkan kepada kita bagaimana bentuk-bentuk keikhlasan, mendidik kita untuk mengenal arti kesabaran dan perjuangan, memberikan contoh bagaimana bentuk nyata dari mempertahankan agama Allah, membela, mengorbankan jiwa dan raga mereka agar kalimat Allah Subhanahu wata’ala (agama Allah) tetap tertinggi. Mereka mengajarkan bagaimana semangat yang tinggi di dalam memahami syariat Islam, memberikan contoh nyata bagaimana bentuk menuntut ilmu, zuhud, wara’, dan ketakwaan yang sesungguhnya.
Cinta dan benci, dan tawakkal telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dan telah ditunjukkan sebagai bukti nyata oleh sahabat Radhiallahu’anhuma, sehingga di dalam sejarah yang pernah ditempuh oleh para sahabat terdapat berbagai macam fawaid, durus, dan ibrah (faidah-faidah, pelajaran, dan hikmah) yang tidak akan pernah mungkin seorang muslim dan mukmin merasa puas, tetapi akan selalu merasa kurang. Semakin sering dia membaca biografi para sahabat Radhiallahu’anhuma maka semakin tinggi tingkat keimanan yang ada di dalam hatinya.
Semakin kita mendekati dengan sejarah sahabat Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam maka semakin tinggi tingkat keimanan kita. Tatkala keikhlasan kita mulai terkikis kemudian membaca keikhkasalan para sahabat Rasulullah tentu kita akan terdorong untuk mengikut jejak mereka, ketika kita kurang dalam bersabar dan kurang bersemangat dalam menuntut ilmu kemudian kita membaca sejarah sahabat Rasulullah bagaimana kesabaran dan semangat mereka di dalam menuntut ilmu. Ketika kita kurang rela berkorban untuk membela dakwah dan meninggikan kalimat Allah Subhanahu wata’ala setelah membaca biografi mereka maka akan semakin besar semangat kita untuk membela agama Allah Azza wajalla.
Di antara satu pelajaran penting yang pernah diajarkan oleh para sahabat Rasulullah adalah semangat mereka untuk mencari hidayah dan semangat mereka untuk menjaga hidayah tersebut ada di dalam diri mereka. Menjaga hidayah yang telah diberikan Allah Subhanahu wata’ala sebagai bentuk nikmat yang terbesar agar tetap diberikan oleh Allah Subhanahu wata’ala dan tidak dicabut oleh-Nya.
Karena ketika dia mencintai sahabat Rasulullah berarti dia mencintai Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beserta sunnahnya, dan ketika dia membenci sahabat artinya dia membenci Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beserta sunnahnya.
Banyak sekali kisah yang mungkin bisa kita baca seperti kisah Ja’far bin Abi Thalib dan para sahabat yang lain hijrah ke Habasyah demi menjaga hidayah agar tidak terlepas. Kisah Bilal bin Abi Rabah yang disiksa dan dianiaya agar hidayah tidak terlepas dari dirinya, Ammar bin Yasir demkian juga istrinya Sumayyah (syahidah yang pertama) rela melepaskan dan meregang nyawa agar menjaga hidayah tidak terlepa dari hatinya.
Di antara sahabat yang telah melakukan perjalanan yang cukup jauh, mengorbankan waktu dan pikiran, membuang dunia dan hartanya hanya untuk mendapatkan ketenangan hati untuk mencari hidayah. Penderitaan begitu banyak dia rasakan untuk mencari hidayah dan keselamatan dunia dan akhirat. Dialah Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu.
Al Imam Ahmad ibnu Hanbal Rahimahullahu meriwayatkan kisah ini dalam sebuah hadits di dalam Musnadnya,
Allah menjaga Islam ini tetap akan murni dengan diberikannya sebuah keistimewaan untuk umat Islam, yakni ilmu sanad (rangkaian sanad). Antara nabi Shallallahu’alaihi wasallam hingga kalangan para ulama terdapat mata rantai yang tidak terputus. Sehingga kita benar-benar mampu mempertanggungjawabkan secara ilmiah bahwa setiap hadits nabi Shallallahu’alaihi wasallam yang shahih merupakan sabda dari nabi kita Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam. Di antaranya adalah seperti yang disebutkan oleh Imam Ahmad di sini, kisah Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu lengkap dengan sanad.
"Menyampaikan kepada kami dari Ya’qub (yaitu guru imam Ahmad), menyampaikan kepada kami dari ayahnya, dari Muhammad Ibnu Ishaq, menyampaikan kepada kami dari gurunya yaitu ‘Ashim ibnu Umar ibnu Qatadah Al Anhari, dari Mahmud bin Najih, dari Abdullah Ibnu Abbas Radhiallahu’anhuma……
Seluruh rawinya (orang yang meriwayatkan kisah ini) adalah imam tsiqah (terpercaya) yang hapalannya benar-benar kuat.
……. dari Abdullah Ibnu Abbas Radhiallahu’anhuma, ia berkata: Menyampaikan kepadaku Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu langsung dari bibirnya…..
Boleh hukumnya kita bercerita tentang perjalanan kita mendapatkan hidayah. seperti bercerita…. dahulu pernah ikutan Jamaah Tabligh, Shufi, Hizbut Tahrir, atau Ikhwanul Muslimin lalu mendapatkan hidayah mengenal kajian Salaf. Boleh menceritakan dan bukan merupakan satu hal yang aib untuk diambil pelajaran dan bersyukur kepada Allah Subhanahu wata’ala agar kita membenci kesesatan dan kebodohan. Kebiasaan para sahabat Rasulullah setelah sholat Shubuh duduk di serambi masjid An Nabawi, bercerita tentang masa-masa Jahiliyah di saat-saat mereka belum mengenal Islam dan hidayah.
Bersambung… insya Allah
Di dalam setiap kitab dan karya tulis yang ditorehkan oleh para ulama As Salaf, kitab yang menjelaskan tentang ushul i’tiqad Ahlus Sunnah tidak pernah luput dan tertnggal pembahasan mencintai sahabat Rasulullah. Bahkan para ulama As Salaf menjadikan prinsip ini sebagai salah satu yang membedakan Ahlus Sunnah dengan Ahlul Bid’ah. Karena ketika dia mencintai sahabat Rasulullah berarti dia mencintai Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beserta sunnahnya, dan ketika dia membenci sahabat artinya dia membenci Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beserta sunnahnya. Karena sunnah yang diajarkan nabi Shallallahu’alaihi wasallam dapat sampai kepada umat melalui jalan sahabat Radhiallahu’anhum.
Ahlul Bid’ah wal Ahwa’ berusaha mencela dan mencerca para sahabat Radhiallahu’anhum untuk mengikuti hawa nafsu mereka. Berapa banyak hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Radhiallahu’anhum yang dengan hadits-hadits ini para ulama dapat membongkar kesesatan Ahlul Bid’ah wal Ahwa’.
Allah Subhanahu wata’ala telah memuji para sahabat Radhiallahu’anhum, demikian pula Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam telah memuji sahabat Radhiallahu’anhum.
Dengan mencontoh para sahabat Radhiallahu’anhum maka kita akan mampu benar-benar mewujudkan syariat Islam. Para sahabat Radhiallahu’anhum adalah generasi terbaik umat ini sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam di dalam sebuah hadits,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku kemudian setelah mereka kemudian setelah mereka" (HR. Al-Imam Al-Bukhari no. 2457, 2458 dan Al-Imam Muslim no. 4600, 4601, 4602 dari shahabat Abdullah bin Mas’ud dan Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash)
Allah Subnahau wata’ala memilih nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam karena hati beliau adalah hati yang paling baik dan paling suci, demikian pula Allah Subhanahu wata’ala memilih sahabat Radhiallau’anhum dikarenakan sahabat memliki hati yang baik, hati yang suci dan bersih.
Para sahabat Radhiallau’anhum adalah satu-satunya generasi yang mendapatkan jaminan dan kepastian dari Allah Subhanahu wata’ala dan mendapatkan keridhoan-Nya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَالسَّابِقُونَ اْلأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari orang-orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah Subhanahu wata’ala telah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Dan Allah Subhanahu wata’ala menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya selama lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (At-Taubah: 100)
Maka di dalam tarikh ash shahabah, terdapat berbagai macam pelajaran dan ibrah sebagai bekal dan nasihat untuk orang-orang yang datang setelah mereka Ridhwanullah ‘alaihim ajma’in.
Para ulama sering sekali memberikan nasihat agar kita sering dan banyak membaca biografi para sahabat Rasulullah. karena di dalam sejarah dan kepribadian para sahabat sahabat Rasulullah merupakan bukti nyata dari sikap ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
Para sahabat Radhiallahu’anhum mengajarkan kepada kita bagaimana bentuk-bentuk keikhlasan, mendidik kita untuk mengenal arti kesabaran dan perjuangan, memberikan contoh bagaimana bentuk nyata dari mempertahankan agama Allah, membela, mengorbankan jiwa dan raga mereka agar kalimat Allah Subhanahu wata’ala (agama Allah) tetap tertinggi. Mereka mengajarkan bagaimana semangat yang tinggi di dalam memahami syariat Islam, memberikan contoh nyata bagaimana bentuk menuntut ilmu, zuhud, wara’, dan ketakwaan yang sesungguhnya.
Cinta dan benci, dan tawakkal telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dan telah ditunjukkan sebagai bukti nyata oleh sahabat Radhiallahu’anhuma, sehingga di dalam sejarah yang pernah ditempuh oleh para sahabat terdapat berbagai macam fawaid, durus, dan ibrah (faidah-faidah, pelajaran, dan hikmah) yang tidak akan pernah mungkin seorang muslim dan mukmin merasa puas, tetapi akan selalu merasa kurang. Semakin sering dia membaca biografi para sahabat Radhiallahu’anhuma maka semakin tinggi tingkat keimanan yang ada di dalam hatinya.
Semakin kita mendekati dengan sejarah sahabat Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam maka semakin tinggi tingkat keimanan kita. Tatkala keikhlasan kita mulai terkikis kemudian membaca keikhkasalan para sahabat Rasulullah tentu kita akan terdorong untuk mengikut jejak mereka, ketika kita kurang dalam bersabar dan kurang bersemangat dalam menuntut ilmu kemudian kita membaca sejarah sahabat Rasulullah bagaimana kesabaran dan semangat mereka di dalam menuntut ilmu. Ketika kita kurang rela berkorban untuk membela dakwah dan meninggikan kalimat Allah Subhanahu wata’ala setelah membaca biografi mereka maka akan semakin besar semangat kita untuk membela agama Allah Azza wajalla.
Di antara satu pelajaran penting yang pernah diajarkan oleh para sahabat Rasulullah adalah semangat mereka untuk mencari hidayah dan semangat mereka untuk menjaga hidayah tersebut ada di dalam diri mereka. Menjaga hidayah yang telah diberikan Allah Subhanahu wata’ala sebagai bentuk nikmat yang terbesar agar tetap diberikan oleh Allah Subhanahu wata’ala dan tidak dicabut oleh-Nya.
Karena ketika dia mencintai sahabat Rasulullah berarti dia mencintai Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beserta sunnahnya, dan ketika dia membenci sahabat artinya dia membenci Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beserta sunnahnya.
Banyak sekali kisah yang mungkin bisa kita baca seperti kisah Ja’far bin Abi Thalib dan para sahabat yang lain hijrah ke Habasyah demi menjaga hidayah agar tidak terlepas. Kisah Bilal bin Abi Rabah yang disiksa dan dianiaya agar hidayah tidak terlepas dari dirinya, Ammar bin Yasir demkian juga istrinya Sumayyah (syahidah yang pertama) rela melepaskan dan meregang nyawa agar menjaga hidayah tidak terlepa dari hatinya.
Di antara sahabat yang telah melakukan perjalanan yang cukup jauh, mengorbankan waktu dan pikiran, membuang dunia dan hartanya hanya untuk mendapatkan ketenangan hati untuk mencari hidayah. Penderitaan begitu banyak dia rasakan untuk mencari hidayah dan keselamatan dunia dan akhirat. Dialah Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu.
Al Imam Ahmad ibnu Hanbal Rahimahullahu meriwayatkan kisah ini dalam sebuah hadits di dalam Musnadnya,
Allah menjaga Islam ini tetap akan murni dengan diberikannya sebuah keistimewaan untuk umat Islam, yakni ilmu sanad (rangkaian sanad). Antara nabi Shallallahu’alaihi wasallam hingga kalangan para ulama terdapat mata rantai yang tidak terputus. Sehingga kita benar-benar mampu mempertanggungjawabkan secara ilmiah bahwa setiap hadits nabi Shallallahu’alaihi wasallam yang shahih merupakan sabda dari nabi kita Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam. Di antaranya adalah seperti yang disebutkan oleh Imam Ahmad di sini, kisah Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu lengkap dengan sanad.
"Menyampaikan kepada kami dari Ya’qub (yaitu guru imam Ahmad), menyampaikan kepada kami dari ayahnya, dari Muhammad Ibnu Ishaq, menyampaikan kepada kami dari gurunya yaitu ‘Ashim ibnu Umar ibnu Qatadah Al Anhari, dari Mahmud bin Najih, dari Abdullah Ibnu Abbas Radhiallahu’anhuma……
Seluruh rawinya (orang yang meriwayatkan kisah ini) adalah imam tsiqah (terpercaya) yang hapalannya benar-benar kuat.
Dari Abdullah Ibnu Abbas Radhiallahu’anhuma, ia berkata: Menyampaikan kepadaku Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu langsung dari bibirnya…..
Boleh hukumnya kita bercerita tentang perjalanan kita mendapatkan hidayah. seperti bercerita…. dahulu pernah ikutan Jamaah Tabligh, Shufi, Hizbut Tahrir, atau Ikhwanul Muslimin lalu mendapatkan hidayah mengenal kajian Salaf. Boleh menceritakan dan bukan merupakan satu hal yang aib untuk diambil pelajaran dan bersyukur kepada Allah Subhanahu wata’ala agar kita membenci kesesatan dan kebodohan. Kebiasaan para sahabat Rasulullah setelah sholat Shubuh duduk di serambi masjid An Nabawi, bercerita tentang masa-masa Jahiliyah di saat-saat mereka belum mengenal Islam dan hidayah.
Bersambung… insya Allah